Selasa, 20 November 2012

Kisah Nabi Musa Dan Malaikat Maut

Suatu ketika, malaikat maut diutus oleh Allah SWT menemui nabi Musa as. Sesampainya di hadapan Musa, malaikat maut berkata, “Penuhilah panggilan Tuhanmu.” Mendengar itu, nabi Musa lalu menampar malaikat maut hingga kedua matanya buta.

Sang malaikat maut lalu kembali menghadap Allah SWT dan berkata, “Engkau kirim aku kepada seorang hamba yang tidak mau mati. Dan dia telah membuat kedua mataku buta.”
Kemudian Allah SWT mengembalikan penglihatannya yang buta dan berkata pada malaikat maut, “Kembalilah dan katakan kepadanya, ‘Apakah kamu masih ingin hidup lebih lama lagi? Jika kamu masih ingin hidup, letakkan tanganmu di atas punggung seekor lembu. Untuk setiap lembar dari bulunya yang tertutup tanganmu, engkau berkesempatan menambah lama hidupmu selama satu tahun.”
Malaikat maut pun kembali pada nabi Musa as dan menyampaikan perintah Allah tersebut. Mendengar itu, nabi Musa lantas bertanya, “Sesudah itu apa?” Malaikat menjawab, “Kau akan mati setelah itu.” Nabi Musa pun berkata, “Kalau begitu, sekarang kematian benar-benar sudah dekat.” Nabi Musa lalu memohon kepada malaikat maut agar mencabut nyawanya di dekat Baitul Maqdis, dengan jarak satu lemparan batu.
* Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah di atas antara lain:
1. Para Nabi, sebelum ajalnya tiba, diberi kesempatan memilih antara mati atau tetap hidup.
2. Malaikat bisa berubah bentuk menjadi manusia. Hal ini sebagaimana hadits nabi bersama Malaikat Jibril, ketika hendak mengajarkan Iman, Islam, dan Ihsan.
3. Barangsiapa memasuki rumah orang lain tanpa ijin kemudian ia diserang oleh pemilik rumah, maka serangan terhadapnya tidak dianggap sebagai bentuk kejahatan, dan tidak pula bisa dibalas dengan Qishash.
4. Melawan untuk mempertahankan diri adalah sesuatu yang dianjurkan. Boleh melawan atau memukul orang yang mendahului menyerang, jika kemungkinan mengarah pada pembunuhan sebagaimana disebutkan dalam sunnah. Kemudian apabila orang tersebut sampai mati, maka dalam hal ini dia mati syahid.
5. Kematian adalah suatu kepastian yang tidak mungkin dihindari manusia, sebagai ketetapan Allah yang pasti terjadi. Seandainya orang bisa menghindari kematian, tentu para nabi dan para rasul akan mengelak. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al Imran, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Al Imran:185)
6. Nabi Musa mempunyai kedudukan yang tinggi di hadapan Allah SWT, sebagaimana saat ia melempar malaikat pencabut nyawa lalu Allah menjadikan matanya buta, sekiranya bukan karena tingginya Musa di hadapan Allah tentulah malikat akan membalas menampar.
7. Allah SWT memuliakan hamba-Nya yang mukmin dan bertakwa, kemudian Allah akan melebihkan kedudukannya dengan melimpahkan kebaikan dan nikmat kepadanya.
8. Disunnahkan mengubur jenazah di tempat-tempat yang suci seperti Baitul Maqdis dan tempat-tempat yang penuh berkah atau di kuburan orang saleh.
9. Letak kuburan nabi Musa di dekat Baitul Maqdis, kurang lebih berjarak selemparan batu.

0 komentar:

Posting Komentar